Senin, 11 November 2013

KEMACETAN

Kemacetan sendiri sudah suatu hal yang tidak asing lagi di Jakarta. Kemacetan merupakan hal yang sangat lumrah terjadi di Indonesia. Bukan hal yang baru lagi. Mungkin ini sudah menjadi ciri khas bagi kota Jakarta,suatu identitas tersendiri. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya kemacetan di Jakarta dan dikota lainnya di Indonesia. 1. Kurangnya kesadaran lalu lintas bagi pengendara kendaraan. Banyak pengendara kendaraan yang menggunakan jalan tanpa mengedepankan ketertiban dalam berlalu lintas. Banyak yang tidak memperhatikan rambu lalu lintas. Bahkan, mereka terkesan egois dijalanan. Kemungkinan, karena faktor waktu yang mepet membuat mereka terburu-buru. Hal lumrah bagi sebagian orang indonesia yang menggunakan "jam karet" alias suka telat waktu. Sebenarnya saya kurang setuju dengan pernyataan "orang Indonesia memakai jam karet". Dilihat dari kondisi jalanan sendiri yang tidak bisa ditebak macet atau tidaknya. Terkadang apabila kita sudah mempersiapkan diri atau berangkat lebih awal, masih saja telat. Itu dikarenakan kondisi jalan yang tidak bisa ditebak. 2. Cuaca Hujan. Hujan memang tak lepas dari kemacetan. Faktor cuaca memang mempengaruhi kondisi jalan yang menjadi licin, terlebih jalan berlubang yang membutuhkan konsentrasi pengguna jalan dalan melajukan kendaraannya. Terlebih lagi dalam kondisi hujan, jalanan menjadi tergenang dan banjir. Banyak kendaraan yang mogok, menepi dijalan. Selain itu, banyak pula terjadi sesuatu yang tak diinginkan karena jalanan yang licin. Biasanya disaat hujan, daerah yang macet berada di sekitaran bawah/kolong fly over. Karena banyak kendaraan roda dua yang menepi disana sekedar untuk berlindung dari hujan. 3. Semakin banyaknya kendaraan pribadi. Tak jarang kita melihat semakin banyaknya kendaraan baru bermunculan yang menimbulkan niat masyarakat untuk membelinya. Bahkan banyak pula 1kendaraan hanya diisi/dinaiki 1orang. Semakin banyaknya masyarakat memiliki kendaraan pribadi, maka semakin banyak pula kendaraan yang berkeliaran dijalan. Tentu, hal ini tidak efektif dalam menyelesaikan masalah kemacetan. Sebenarnya hampir setiap kota memiliki atau menyediakan angkutan massal yang bisa digunakan untuk mengurangi kemacetan. Namun, lagi-lagi kesadaran masyarakat serta kebutuhan masyarakat itu sendiri. Ada sebagian orang yang memanfaatkan kendaraan massal untuk bepergian dengan alasan harga ongkos yang murah, kondisi capek setelah beraktifitas yang tidak perlu mengendarai kendaraan,dan faktor lainnya. Contohnya saja kereta jabodetabek, sekarang ongkos untuk menggunakan kereta sangat murah. Berkisar antara 2ribu sampai 6ribu saja. Tentu ini usaha untuk mengalihkan kebiasaan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi menjadi ke angkutan massal. 4. Seperti yang telah dibahas tadi, kurangnya kesadaran lalu lintas bagi pengendara. Banyak angkutan massal terutama angkot/metromini ataupun sejenisnya seperti raja dijalanan. Maksud dari raja dijalanan itu adalah ugal-ugalan seperti jalanan hanya dilalui olehnya sendiri. Sudah banyak kejadian yang tidak diharapkan karna kelakuan ugal-ugalan dan berhenti sembarangan untuk menurunkan atau menaikkan penumpang. Memang, bukan hanya kendaraan umum saja yang bertindak seenaknya. Tidak sedikit pula kendaraan pribadi yang bersikap tidak ada aturan dalam berkendara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar