Senin, 30 Desember 2013

MASALAH KEPENDUDUKAN

Menurut data BPS, jumlah penduduk indonesia kini sebanyak 237.556.363 orang. Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% tiap tahunnya. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terpadat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun memang selalu membludak. Tak ayal, masalah pertumbuhan penduduk yang tak terkendali menjadi PR besar bagi pemerintah. Jika jaman pak harto dulu, sudah dicanangkan program KB atau Keluarga Berencana guna menekankan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program tersebut menggunakan istilah "dua anak cukup", yang berarti setiap keluarga disarankan untuk mengikuti program ini dengan hanya memiliki dua anak sudah cukup untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat. Setelah itu, munculah obat-obatan atau teknologi dokter canggih untuk mengurangi tingkat kehamilan seperti: pil KB, spiral. Banyak masalah yang timbul dari pertumbuhan penduduk yang tak terkendali seperti kurangnya kesenjangan sosial. Adanya istilah "banyak anak, banyak rejeki" membuat pola pikir masyarakat untuk mempunyai keinginan banyak anak. Memang, setiap anak memiliki rejekinya masing-masing. Namun tidak untuk hidup di ibu kota. Selain itu, dengan jumlah penduduk yang membludak, otomatis lapangan pekerjaan pun akan menipis. Karena tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan pekerjaan dan sumberdaya yang diminta. Dengan begitu, pengangguran akan menjamur dimana-mana yang mengakibatkan kurang atau tidak adanya penghasilan bagi mereka yang tak mendapatkan pekerjaan. Hal ini berimbas pada kehidupan sehari- hari mereka seperti kebutuhan gizi keluarga, kebutuhan pendidikan anak, dan kebutuhan sandang maupun tempat tinggal yang layak untuk didiami. Tempat tinggal merupakan suatu elemen yang amat penting untuk menjalani hidup. Tempat tinggal sendiri digunakan untuk berdiam atau sebagai tempat yang tetap untuk didiami guna terhindar dari terik matahari dan hujan. Dengan membludaknya jumlah penduduk yang tak terkendali, maka lahan tempat tinggal yang layak akan menjadi sulit ditemukan. Alhasil, mereka memilih pemukiman "kumuh" untuk mendirikan dan dijadikan sebagai tempat tinggal. Hal ini sangat miris, karena dengan begitu, maka kesehatan serta lingkunagn mereka akan terganggu. Dengan tinggal di pemukiman "kumuh" maka penyebaran penyakit akan menjadi sangat mudah. Dan bagi lingkungan, akan berdampak pada penyerapan air tanah yang sulit dan pembentukan penyakit akan semakin mudah. Pemukiman tersebut biasanya di bangun atau didirikan diatas lahan yang merupan lahan ilegal untuk dibuat bangunan tempat tinggal, diatas sungai penyerapan, dan lahan-lahan yang tak semestinya untuk di dirikan bangunan. Solusi dalam menangani kurangnya lahan tempat tinggal adalah dengan tinggal atau membangun rumah susun. Rumah susun dianggap ampuh dalam menangani masalah lahan tempat tinggal karena bentuknya yang bertingkat, dan dalam satu kotak bangunan mampu memiliki 5 tingkatan dengan 5 rumah disetiap tingkatnya. Hal ini merupakan penghematan lahan yang tepat untuk mendirikan rumah-rumah. Rumah susun sendiri terdapat dua macam yaitu Rusunawa dan rusunami. Rusunawa merupakan rumah susun yang disewakan, sedangkan rusunami merupakan rumah susun milik sendiri. Rumah susun pada awalnya diperuntukan bagi masyarakat perekonomian kebawah dan menengah. Namun sepertinya hal itu tak berlaku lagi. Karena banyak orang yang dianggap mampu mendiami atau tinggal di rumah susun. Selain rumah susun, terdapat pula bangunan serupa namun biasa diperuntukan bagi kaum menengah ke atas. Bangunan tersebut disebut apartment. Bangunan apartment memiliki konsep seperti rumah susun, namun bangunannya berbentuk gedung yang bisa disebut sebagai pemukiman mewah. Apartment sudah memiliki banyak peminat tersendiri dengan alasan apartment merupakan tempat tinggal eksklusif yang memiliki gengsi tinggi serta lebih nyaman dibandingkan tempat tinggal biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar